RSS
Tampilkan postingan dengan label remaja. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label remaja. Tampilkan semua postingan

insomnia pada remaja

insomnia
Add caption
 INSOMNIA bisa disebabkan gaya hidup yang tak sehat atau gangguan fisik dan psikologis. Bayangkan, pada malam hari saat semua orang tertidur pulas, orang insomnia justru harus berjuang memejamkan mata.
Petang yang seharusnya menjadi “sinyal” alami tubuh untuk tidur pun tak bermakna sama pada orang insomnia. Ada rasa tidak nyaman bagi mereka yang mengalaminya. Beragam hal bisa menjadi penyebab insomnia,mulai masalah fisik, psikologis, hingga gaya hidup.

“Biasanya, kalau sudah lewat jam sebelas malam,mata sulit terpejam. Efeknya, sampai pagi tidak tidur,” kata Sarah, 27, yang mengalami insomnia sejak duduk di bangku SMA. Dia menyangka, penyebabnya adalah beban pekerjaan rumah (PR) yang menumpuk dan les tambahan menjelang tes kelulusan. Setiap hari Sarah harus beraktivitas di sekolah sejak pukul 06.30 pagi hingga 18.30 petang. Akibatnya, sampai di rumah sudah kelelahan.
“Jam tujuh malam saya tidur dan terbangun jam sepuluh malam. Lalu mengerjakan PR sampai pagi. Jadi, waktu efektif tidur rata-rata hanya 3 jam. Kebiasaan ini berlangsung lebih dari setahun. Pas kuliah, saya masih sering kesulitan tidur,” ujar penyuka sepak bola itu.
Pengalaman Sarah hanya sebagian kecil kasus insomnia pada remaja. Saat ini merebaknya game dan PlayStation yang membuat orang kecanduan, juga bisa menjadi pemicu kasus kesulitan tidur.Selain itu,kebiasaan anak muda nongkrong atau clubbing sampai pagi menambah daftar panjang remaja insomnia.
“Gaya hidup atau kebiasaan yang demikian memang bisa memicu insomnia karena yang bersangkutan menjadi terkondisi atau terbiasa. Namun, insomnia bisa juga disebabkan faktor lain seperti gangguan kesehatan fisik dan psikologis,” kata psikiater anak dan remaja FKUI Tjhin Wiguna.
Tjhin menjelaskan bahwa kondisi kesehatan fisik seseorang yang kurang baik bisa membuatnya insomnia. Misalnya, pasien remaja berusia 16 tahun mengeluh insomnia. Setelah diperiksa, ternyata disebabkan gangguan arthritis rhematoid atau semacam gangguan sendi yang dideritanya.
Sementara dari sisi psikologis, remaja depresi juga rentan mengalami insomnia. Sebuah penelitian di Amerika yang dimuat dalam The Journal Sleep, belum lama ini, melaporkan bahwa insomnia pada anak atau remaja dapat memprediksikan kemungkinan gejala yang sama pada masa depannya.
Profesor ilmu perilaku dari Fakultas Kesehatan Umum Universitas Texas di Houston dan ketua tim studi tersebut, Robert E Roberts PhD, mengumpulkan data dari 4.175 partisipan remaja berusia 11- 17 tahun. Mereka diwawancarai dan diminta mengisi kuesioner tentang gejala kesulitan tidur yang mengarah pada insomnia, juga frekuensi dan durasinya.
Kesimpulannya, remaja dengan insomnia, terutama yang kronis,berisiko lebih besar terkena gejala somatis di masa depan, termasuk masalah psikologis. “Data kami menunjukkan, beban kasus insomnia pada remaja terkait kelainan psikologis lainnya seperti depresi, cemas,dantindakan abuse,” kata Robert.
Pesan moralnya,lanjutnya, penyedia layanan kesehatan harus memberi perhatian lebih dalam mendeteksi dan menangani insomnia pada remaja. Insomnia dikategorikan sebagaigangguantidur, yangmana orang tersebut kesulitan untuktertidur, tetapterjaga,atau terbangundaritidurterlalucepat. Gangguan itu bisa digambarkan dengan berbagai kualitas tidur yang buruk.
Orang yang terlalu lelah bekerja seharian mungkin saja tidak mengalami insomnia. Namun, biasanya mereka mengeluh lelah, bosan atau depresi. Pada akhirnya, itu bisa berkontribusi pada gejala insomnia juga. Penanganan insomnia biasanya tergantung latar belakang penyebabnya.
Tjhin Wiguna menegaskan, orangtua yang punya anak remaja insomnia sebaiknya waspada jika sudah timbul keluhan yang mengganggu keseharian si anak. Misalkan sulit berkonsentrasi atau nilai ujian turun. Jika tak ada sebab medis atau psikologis umumnya tidak perlu diobati, cukup mengubah gaya hidup.
Sementara, jika ada keluhan medis atau insomnia yang disebabkan adanya penyakit. “Tentu harus diatasi dulu penyakitnya. Adapun jika disebabkan depresi, pemberian obat antidepresan juga dimungkinkan,”papar Tjhin.
Kaum remaja umumnya masih dalam masa pertumbuhan sehingga direkomendasikan tidur malam sekitar 9 jam per hari. The American Academy of Sleep Medicine mengemukakan beberapa tips bagi remaja, yang juga penting dibaca orangtua untuk membantu mengembangkan pola tidur yang sehat.
Cobalah tidur malam 9 jam setiap malam. Dengan tidur cukup, ketika bangun badan lebih bugar dan siap memulai hari dengan bersemangat. Bersantai sebelum tidur. Saat jam tidur, hindari kegiatan belajar yang terlalu memeras otak, berdiskusi, atau berolahraga yang menguras tenaga. Ciptakan nuansa tenang dan sepi sebelum tidur.
Matikan video dan berhentilah bermain game atau PlayStation. Atur pencahayaan yang tidak terlalu terang di kamar tidur. Pencahayaan temaram membuat badan “tune-in” bahwa inilah saatnya tidur. Sebaliknya, nyalakan lampu yang terang di pagi hari.
Bila perlu, lakukan olahraga atau gerakan ringan. Cobalah mengganti kekurangan jam tidur sebisa mungkin. Misalnya tidur sejenak, tapi jangan di sore hari. Tidurlah lebih lama di akhir pekan. Namun, jangan lebih dari 12 jam. Hindari konsumsi stimulan seperti kafein saat siang dan petang, apalagi menjelang tidur. Hindari juga mengemudi saat mata mengantuk.
Makanan jenis karbohidrat seperti snack dari beras atau gandum umumnya lebih memicu kantuk ketimbang makanan berlemak atau protein tinggi. Jika tak bisa tidur, bangkit dan pergilah ke ruang lain, lalu lakukan sesuatu. Merajut adalah salah satu yang terbaik. Sebab, pekerjaan ini cenderung monoton sehingga mengantar kita untuk terkantuk-kantuk.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

ciri-ciri remaja

 texture-front-17.jpg
Masa remaja mempunyai ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelumnya :
Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (1992), antara lain :
a. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
b. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.
d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.
e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua menjadi takut.
f. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiridan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
g. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.
Disimpulkan adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja, kecenderungan remaja akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas perkembangan dengan baik-baik dan penuh tanggung jawab.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments